Selasa, 02 Oktober 2018

Kisah Masjid Rahmatullah, Tetap Kokoh Dihantam Tsunami Aceh

Pada 26 Desember 2004, gempa 9,1 skala Richter (SR) mengguncang Samudera Hindia, di lepas pantai Sumatera Utara, Indonesia. Lindu memicu tsunami dahsyat yang menyapu area pantai di sejumlah negara. Lebih dari 230 ribu orang tewas, jutaan lainnya kehilangan tempat bernaung.
Salah satu daerah paling terdampak adalah Lhoknga, dekat Banda Aceh.
Kota ini nyaris rata dengan tanah. Namun keajaiban terjadi, sebuah bangunan masjid berdiri tegak di tengah kehancuran. Sejumlah orang yakin, kuasa Illahi menyelamatkan Masjid Rahmatullah tersebut.
Masjid ini menjadi saksi bagaimana kedahsyatan empasan gelombang tsunami yang meluluhlantakkan Aceh, pada 2004 silam.
Sebelum tsunami, perkampungan ini dihuni sekitar 6.000 jiwa yang umumnya berasal dari kelas menengah keatas.
Penduduk di perkampungan ini mayoritas karyawan PT Semen Andalas Indonesia. Selain itu, terdapat pula nelayan, petani dan warga dari berbagai latar belakang profesi lainnya.
Saat tsunami terjadi, masjid yang hanya berjarak 500 meter dari bibir pantai ini menjadi satu-satunya bangunan yang tersisa. Meskipun beberapa sisi bangunan masjid rusak, sebagian besar tetap utuh dan selamat.
Keajaiban itu juga tertangkap satelit Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Foto Lhoknga dari angkasa luar menunjukkan fitur melingkar berwarna putih. Itu adalah sebuah masjid yang selamat dan berdiri kokoh di tengah segala kehancuran.
Salah seorang warga, bernama Syahrizal bin Razali, menceritakan bagaimana detik-detik datangnya tsunami saat dirinya tengah berada di depan Masjid Rahmatullah.
"Mereka berteriak air laut naik, air laut naik. Lari…lari…," ungkap Syahrizal menggambarkan kepanikan warga kala itu.
Syahrizal dan sejumlah jemaah yang berkumpul di depan masjid sempat tidak percaya dengan teriakan warga yang berlarian dari arah barat tersebut. Baru setelah melihat sendiri gelombang besar air laut yang datang bergulung-gulung menuju masjid, Syahrizal dan jemaah lain lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
Akan tetapi terlambat, laju air laut lebih cepat dari langkah orang-orang kampung itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar